MENGUKIR ANGKA RUPIAH LAYAKNYA UKIRAN KAYU JEPARA
Suryadin Laoddang
Siapa yang tidak kenal dengan ukiran dari Jepara? Karya tangan-tangan kekar dan cekatan para warga jepara dipermukaan kayu telah dikenal ke seluruh penjuru nusantara, bahkan masyarakat luar negeripun mengenalnya. Kejayaan ukiran Jepara terjadi pada medio 1997 hingga tahun 1999, saat Indonesia dilanda krisis moneter, ukiran Jepara justru mencapai masa kejayaannya. Tingginya nilai tukar rupiah justru berkah bagi para pelaku usaha ukiran di Jepara terutama yang memiliki pembeli dari luar negeri.
Total nilai bisnis industri mebel di kota ini tahun 2006 tercatat Rp 1,3 triliun. Jumlah perusahaan yang terlibat di industri ini mencapai 3.955 unit IKM mebel kayu dengan 53.334 tenaga kerja dan 325 unit IKM kerajinan kayu dengan 330 tenaga kerja atau seluruhnya ada 4.352 IKM mebel dari kayu yang menyerap tenaga kerja 56 ribu tenaga kerja. Bahkan menurut penelitian CIFOR tahun 2007 terdapat 15.271 unit IKM Kayu dengan tenaga kerja 170.000 orang. Konsumsi kayu bulat saat itu mencapai 1,5 hingga 2,2 juta m3 per tahun.
Wajar jika di hampir di setiap sudut wilayah Kabupaten Jepara (di 16 kecamatan) akan kita temui para perajin lagi asik menyelesaikan karyanya. Mulai dari membuat lemari, dipan, rak, meja makan, meja dan kursi tamu hingga patung-patung. Namun ternyata tidak semua pelaku mebel dari kayu di Jepara terlibat aktif membuat langsung mebelnya, selain para perajin itu ada juga yang bergerak sebagai pedagang perantara, ada yang menyediakan bahan baku. Selain itu ada juga yang bergerak di ceruk pasar yang lebih unik, seperti yang dijalankan oleh Taufiq Hidayatullah (36). Lewat bendera Mebel Hidayat yang dimilikinya, Taufiq lebih fokus menjadi pernyedia bahan finishing mebel dan komponen pelengkap kerajinan ukir seperti souvenir, variasi dan ornamen kayu.
Hal ini berangkat dari pengamatan Taufiq melihat banyaknya perajin mebel yang masih direpotkan saat harus repot membuat asesoris pelengkap mebel besar (lemari, meja, rak, dipan) seperti ornamen list, ornament pigura, hendel (pegangan/tarikan) pada pintu dan laci, ornament puncak berupa motif bunga atau flora lainnya. Padahal motif yang mereka buat cenderung sama dan dibuat secara lepas pasang (knock down) dari mebel besarnya. Asesoris itu selanjutnya mereka tempelkan pada mebel besar. Ceruk inilah yang dimanfaatkan oleh Taufiq, dengan menyediakan asesoris tersebut, sehingga para perajin tinggal beli jadi dan tinggal pasang pada mebel besarnya. Ini jauh lebih efesien dan efektif daripada produksi sendiri.
Rupaya asesoris tersebut tidak hanya diminati para perajin mebel Jepara, namun kini telah diminati pula para perajin dari kota lain. Salah satunya dari kota Makassar yang telah berlangganan sejak tahun 2006, setiap bulannya (satu kali kirim) terkirim minimal 8000 pcs ornament. Dengan kisaran harga antara Rp. 2.500 – Rp. 20.000 / pcs, jika harga ornament tersebut dihitung rata-rata adalah Rp. 12.500/pcs, maka setiap bulan Taufiq mampu raih omset Rp. 100.000.000. Itu belum termasuk dari pelanggannya dari kota lain seperti Aceh, Jakarta, Cirebon, Surabaya, Balikpapan dan kota lainnya. Laksana mengukir angka rupiah sendiri diatas mebel kayu.
Ornamen-ornamen tersebut, kini tidak lagi diproduksi sendiri oleh Taufiq melainkan memesan ke beberapa perajin. Selain ornament tersebut, Taufiq juga memproduksi kerajinan Kaligrafi berbahan kayu dengan tehnik ukir. Satu buah kaligrafi ukuran dan bahan standart dihargai Rp. 400.000 dan dijual kembali para reseller. Salah satu resellernya adalah group usaha Syeh Pudji (syeh yang sempat tersandung menikahi anak dibawah umur) yang dikelola oleh adik Syeh Pudji sendiri. “kaligrafi seperti ini oleh para reseller di Manado, Kendari atau Kalimantan dijual antara 800rb – 1 juta loh” papar lulusan Tehnik Mesin, Politeknik UNDIP Semarang
Tidak hanya itu, Taufiq juga masih melayani pembelian mebel besar. Untuk yang satu ini, Taufiq juga tidak menyetok mebel di tokonya, melainkan melayani sistem pemesanan. Konsumen pesan sesuai selera, lalu Taufiq melakukan pemesanan kepada para perajin, setelah jadi dikirim ke konsumen. Perajin yang jadi langganan tidak hanya satu tempat, melainkan tersebar dibeberapa tempat dan beberapa desa pusat perajin. “Kalo pesanan berupa gebyok (latar pelaminan) saya pesan ke desa kecapi, untuk almari pesan ke desan Mbawu, mebel minimalis di desa Petekean.” Cerita ayah dari 2 anak ini.
Tidak jarang pula Taufiq juga berburu barang mebel besar atau ukiran lainnya untuk di stok di toko, jika barangnya unik dan dirasa mampu dijual lagi, maka barang langsung diborong untuk dijual kembali. Untuk mendukung bisnisnya, Taufiq juga menyediakan bahan finishing meubel, seperti cat, pernis, amplas, laminasi hingga peralatan ukir seperti gergaji, pahat ukir, pisau ukir dan lain sebagainya.
http://www.dosenjualan.com/2014/04/pembicara.seminar.pelatihan.ukm.umkm.kreatif.html
[ukiran jepara yang unik kreatif dan elegan] Google Ping
Artikel Terkait